بسم الله الرحمن الرحيم
Tadinya aku pikir memiliki kehidupan di dunia maya akan sangat menyenangkan. Karena segalanya bisa kita tentukan sendiri. Identitas, kepribadian, keinginan, dan segala hal lain yang mungkin tidak akan pernah bisa kita miliki saat kita berada di dunia nyata. {Pengen jadi Dokter tinggal bilang kita dokter, percaya atau tidakk who's care?. Ingin jadi artis, tinggal searchinhg gambar yang bagus di google, jadikan avatar maka jadilah kita sosok manusia yang nyaris sempurna. Intinya kita bisa menjadi apapun atau siapapun yang kita inginkan dengan seribu karakter yang bisa kita tonjolkan.
Namun pengalaman semalam bikin aku kembali berfikir. Sekejam-kejamnya kehidupan di dunia nyata tidak akan lebih buruk dari kehidupan di dunia maya jika kita tidak sanggup menghadapinya. Betapa tidak, niat kita adalah memiliki sahabat sebanyak-banyaknya tanpa melihat kelas, kasta, ekonomi, sosial, budaya dan agama yang mereka anut,tapi apa daya, justru itu terkadang tang menjadi bumerang bagi diri sendiri. Ternyata menjalin koneksi juga butuh filter. Bukan ingin sombong cuma mengingat pesan dari Baginda Rasul. Nabi SAW mengingatkan: “Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamubisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium bau wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap“. (HR.Bukhari & Muslim).
Demikian apa yang telah aku perbuat. Sekalipun di dunia maya setidaknya adab pergaulan pun sudah selaykanya dijaga. Mungkin tempat aku bergaul salah. Dan mungkin orang-orang yang aku jadikan relasi di dunia maya juga keliru. Atau aku yang tidak bisa memilah dengan siapa seharusnya aku bisa membangun hubungan.
Mungkin aku tidak bisa seratus persen mengatakan bahwa aku telah difitnah. Karena apapun yang dia katakan adalah berasal dari jahilnya jari jemariku yang telah ku gunakan bukan untuk kebaikan. mempertahankan posisi yang seharusnya kulakukan sampai titik darah penghabisan namun dengan nafsu amarah yang tidak bisa lagi kukendalikan aku menjadi gamang dan tidak lagi berfikir segala kemungkinan sebab yanag akan timbul setelah postingan-postingan yang sebenarnya tidak perlu aku tulis saat percakapan dua dimensi itu terjadi. Provokasinya memang dahsyat. Tidak pernah aku bisa dipenaruhi orang yang membuat aku semarahh itu sampai hars membenarkan dan mulai mengarang cerita yang sebenarnya tidak pernah ada. Demi mengkukuhkan diri ku sebagai "penduduk" dunia maya yang bisa melakukan segalanya saat dengan berada di depan gadget. SALAH. Benar-benar sebuak kesalahan yang membunuh karakter diri sendiri. Mungkin kejadian itu hanya di dunia maya. Namun sadar atau tidak hal itu sangat berpengaruh terhadapku di dunia nyata. Akhirnya penyesalanlah yang datang pada akhirnya. Fitnah itu, fitnah yang datang dari kecongkakan dan kemarahanku yang tidak terkendali. Namun aku tetap berpegang, Allah Maha Mengetahui apa yang ada dilangit dan di bumi. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang terlihat maupun yang tersembunyi. Ini adalah teguran atas segala kejahilanku dan rendahnya akhlak yang ku miliki. Seandainya aku lebihh bisa menahan diri dan memiliki istighfar sehingga aku tidak perlu banyak berbicara melalui jari-jari kecilku ini, mungkin fitnah itu tidak akan kualami. Namun apa mau dikata, semua telah terjadi, aku hanya bisa belajar dan mengambil hikmah dari sentilan kecil-Nya padaku.
Pada saat aku memposting ini, aaku tergerak untuk melihat-lihat beberapa tulisan mengenai Fitnah. Dan ingin rasanya aku berbagai dengan pengetahuan yang aku dapat dari hasilku berselancar.
Jika dlama kehidupan nyata orang hanya berfikir kalau fitnah itu akibat perbuatan lidah kita. Tapi di dunia maya pikiran dan jari-jari kita adalah sumber fitnah.
Seperti tulisan yang aku kutip dari talibmakbar tentang fitnah yang tibul akibat perbuatan dari lidah namun disini aku ibaratkan "lidah" itu dengan "jari-jari". karena kebanyakan kita yang menggeluti dunia cyber menjadikanjari-jari kita sebagai lidah untuk bicara. Dalam tulisannya beliau mengutib Hadits Rasulullah saw,
إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّي فِي الْآخِرَةِ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاَقًا ، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي فِي الْآخِرَةِ أَسْوَؤُكُمْ أَخْلاَقًا ، الثَّرْثَارُونَ الْمُتَفَيْهِقُونَ الْمُتَشَدِّقُونَ
“Sesungguhnya termasuk orang yang aku cintai diantara kalian dan paling dekat denganku dari kalian di akhirat adalah orang yang paling baik akhlaqnya diantara kalian. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dari kalian dan paling jauh dariku dari kalian di akhirat adalah yang paling jelek akhlaqnya diantara kalian. Orang-orang yang memaksakan diri banyak bicara, yang memenuhi mulutnya dengan ucapan, yang panjang bicaranya di depan manusia.”
dan lebih lanjut Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Tidak ada faedah dalam ucapan tambahan" (jika perkataan kita sudah menambah sesuatu ucapan sedangkan itu berada diluar tema).
‘Atha’ rahimahullah berkata: “Diam itu penjaga lidah dan penutup kelemahan.”
Asy-Syaf’i rahimahullah berkata:
Tiada kebaikan pada sisipan kata
Jika engkau mendapat petunjuk kepada inti-intinya
Dan diam itu lebih indah bagi seorang pemuda
Dari pada bicara pada waktu yang tidak tepat
Isma’il Al-Katib rahimahullah berkata:
Sebaik ucapan adalah yang sedikit
(Namun) menunjukkan makna yang banyak
Dan kelemahan adalah makna (ucapannya) sedikit
(Namun) terdiri dari lafaz yang panjang
Al-Qasimy rahimahullah berkata: “Jauhilah tambahan-tambahan ucapan, karena ia akan menampakkan aib-aibmu yang tersembunyi, dan memancing musuhmu yang terdiam. Ucapan manusia itu menjelaskan keutamaan dirinya dan menggambarkan akalnya, maka cukupkanlah pada yang indah dan ringkaslah pada yang sedikit.”
Itu adalah beberapa kutipan yang aku ambil untuk mulai mengingatkan diri ku dan kalian para sahabat. Kalau kata oarang-orang dikampung ku. "Sedikit bicara sedikit salah, banyak bicara banyaka salah, tidak bicara dikira bisu" :-D tapi ada benarnya juga. Telinga kita diberikan oleh Allah dua buah. Kiri dan kanan. Mulut kita diberi oleh Allah satu saja. Itu menandakan agat kita lebih banyak mendengar sehingga bertambahlah ilmu dalam diri kita, dan kurangi ucapan yang tidak bermanfaat karena itu mungkin akan menyengsarakan.Mungkin jari-jari kita lebih banyak dari telinga namun jika kita fungsikan jari-jari kita sebagai penyambung lidah maka jumlahnya juga hanya satu.
Pada akhirnya, semua fitnah yang menimpa adalah akibat kejahilan kita. Belajar dari pengalaman dan teguran kecil dari Sang Maha Cinta, aku ingin berbenah. Aku ingin semua "pemberian" dari-Nya memiliki manfaat bagi diri ku dan bagi siapapun yang dekat dengan ku,termasuk sahabat-sahabat yang sedang membaca postingan ini.
Insha Allah,,,
0 komentar:
Posting Komentar