Dikusi merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Hanya saja saat beradu argument orang memiliki kecenderungan untuk tidak bisa menahan diri dan belajar mendengarkan orang lain berargumen sampai selesai. Membuka telinga tanpa bersuara rasanya terlalu sulit, namun percaya atau tidak jika mulai sekarang kita menerima kondisi bahwa kita mau belajar untuk menahan diri dan mendengarkan orang lain maka segalanya akan lebih mudah.
Itulah alasannya mengapa kita diberi dua telinga dan hanya satu mulut. Agar kita lebih banyak mendengar dan sedikit bicara. Kebiasaan orang untuk selalu berbicara menimbulkan kecenderungan untuk melakukan semakin banyak kesalahan.
Orang yang diam bukan berarti tidak memiliki argumen yang cukup menarik untuk disimak. Kemungkinandia menunggu saat yang tepat atau dia merasa itu bukan kapasitas dia untuk berbicara. Boleh jadi dia orang yang penuh pertimbangan. Pertimbangan terhadap perasaan orang lain, pertimbangan terhadap kebenaran yang disampaikan oleh orang lain dan pertimbangan apakah jika dia berbicara keadaan akan terkendali atau justru merusak situasi yang sebenarnya sudah terkendali.
Bijak atau tidaknya kepututusan seseorang bukan dinilai dari banyaknya argument yang bias dia berikan dalm setiap diskusi atau obrolan, tapi bias dinilai dari bagaimana dia member argumen atau kapan dia bisa memutuskan waktu yang tepat baginya untuk bicara dan kapan waktunya dia mendengarkan orang lain bicara.
Jadi kenapa kita tidak mencoba untuk menjadi pendengar yang baik?? Paling tidak dari kita mendengar kita akan mencerna setiap kata dan barisan kalimat yang disampaikan orang lain kepada kita hingga pada akhirnya kita bisa memahami apa maksud dan keinginan lawan bicara kita. Tidak semua hal harus kita tanggapi. Namun pada saatnya tanggapan yang kita beri memberikan pencerahan bagi orang lain karena kita telah belajar untuk memahami dan memberikan argument dengan cara yang tidak menyinggung perasaan orang lain.
Keep smile :-)
0 komentar:
Posting Komentar