Selasa, 06 Desember 2011

Indahnya Perbedaan

Beberapa menit yang lalu saya menemukan satu tulisan dari seorang Bernama Pena Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan. Tajuknya adalah : " Yang Non Muslim Harap Menyesuaikan". Penasaran dengan tajuk yang sepertinya sudah sangat lazim kita dengar pada setiap acara baik formal maupun non formal sebelum doa dimulai. Beliau sedikit memberi tanggapan atas kalimat yang diucapkan oleh seorang yang ditunjuk untuk memimpin doa dalam acara pembukaan Bursa Kerja 2011 yang diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja (DISNAKER) Kota Bandung, Jawa Barat. Kalimatnya seperti ini :"“Baiklah, Saya Akan memimpin Doa untuk Program kita ini secara Islam, Non Muslim Dimohon Menyesuaikan”. Sekilas itu sepertinya lumrah. karena bagi saudara-saudara kita yang bukan muslim hanya diminta untuk menyesuaikan. Tapi coba kita simak baik-baik tanggapan beliau berikut ini :
Seungguh, betapa tidak enaknya saya diposisi “Dimohon Menyesuaikan” jika saya berada di sebuah negara yang mayoritas selain agama Islam dan saya fikir bagi yang non muslim yang berada di Negara mayoritas Islam pastinya akan merasakan hal yang sama. Padahal ada kalimat yang paling bagus untuk disampaikan sebelum memimpin doa , misalnya seperti ini “Baiklah, Mari kita berdoa berdasarkan Keyakinan kita masing-masing dan khususnya bagi Muslim izinkanlah Saya untuk memimpin doa agar Allah memberikan keberkahan pada acara kita ini”. Bukanlah lebih baik begini, adem rasanya, masing-masing orang merasa dihargai dan dihormati.

Terkadang kita bicara kebhinekaan tetapi aplikasinya NOL besar, bahkan sekalipun yang menyuarakan itu adalah orang-orang yang getol membicarakan tolong hargai keyakinan orang lain, faktanya tidak sama sekali. Suatu ketika saya hadir di Kongress Mahasiswa Kalimantan Barat Pada tahun 2000, sekitar 2000 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan tentunya berbeda agama di Kalimantan Barat hadir dan saat itu saya ditunjuk sebagai Pimpinan Sidangnya waktu itu melakukan Protes kepada Panita. Pasalnya dalam sesi diskusi panel tentang “Urgensi Kerukunan Ummat Bergama Untuk Kalbar Lebih Baik” waktu itu, hadir sebagai pembicara Perwakilan NU, Muhammadiyah, Protestan dan Khatolik. Saya Protes kepada Panitia pada waktu itu, “Kita bicara kerukunan ummat beragama kenapa Cuma yang NU, Muhammadiyah, Katolik, Protestan yang hadir sebagai Pembicara? Kenapa tidak cukup diwakili MUI bagi Muslim, dan pewakilan Gereja bagi Kristen, Mana Hindu, Mana Budha, mana Kunghucu yang menjadi agama-agama di Kalimantan Barat”, dan waktu tidak ada jawaban dari Panitia Kongress.
Rasulullah itu Fundamentalis, Saya berusaha untuk menjadi Fundamentalis, tetapi tidak berarti tidak menghormati keragaman kita, perhatikan cara berbahasa dan cara berperilaku keberagamaan kita, Islam mengajarkan kepada kita semua untuk memahami arti menghormati keyakinan lain tanpa harus ikut beriman kepada keyakinan tersebut, dimana garis prinsip yang diajarkan Islam adalah “Lakum Dinukum Waliadin” Bagiku Agamamu Bagiku Agamaku, sebuah makna jika ada orang Kristen ke Gereja, sebagai seorang muslim harus menghormatinya karena begitulah cara Kristiani beribadah, sama terhadap Hindu, Budha dan sebagainya. Dan Ummat Islam tetap pada posisi bahwa tidak meyakini agama tersebut, karena bagi kita agama kita.
Hal yang tidak boleh adalah meyakini semua agama itu sama, hal ini yang terlarang, itu artinya kaidah “Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku” menjadi tidak berlaku lagi, tidak masalah bagi seorang Muslim mengakui agamanya yang benar dan sebaliknyapun sama, seorang Kristiani mengakui agamanya yang benar”, sekali lagi adalah hal yang paling tidak boleh adalah mengakui semua agama itu sama benarnya seperti yang diajarkan kaum Liberal Sekuler saat ini. (Bandung, 6 Desember 2011)

Setelah saya cermati, penilaian saya berubah. Tadinya saya berfikir ini hanya hal sepele toh itu kan sudah biasa dan kalimat seperti itu sudah umum digunakan. Namun setelah saya simak maka sampailah saya pada sebuah kesimpulan, Islam tidak pernah memandang suatu kaum sebagai kaum minoritas. Islam selalu menghargai perbedaan. Islam tidak dibangun dengan semangat pemaksaan dan tekanan. Silahkan sahabat maya melaksanakan ajaran agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu bukan untuk disesuaikan dengan ajaran agama yang lainnya melainkan sesuai dengan bimbingan yang tertulis dalam kitab suci maupun petunjuk lain yang diakui dalam agamanya masing-masing.
Mungkin lebih baik bila kita mencoba menerapkan padanan kalimat yang lebih arif dalam menyikapi berbagai perbedaan termasuk aqidah atau keyakinan agar perbedaan tidak berbuah konflik namun mengisi nuansa yang lebih harmonis dan damai. Bukankah Islam itu indah, dan Allah mencintai keindahan. Bukankah Islam adalah damai dan Muhammad SAW adalah penabur damai di muka bumi...... 
mari bertasbih dan bersalawat :) 

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar