Jumat, 06 Juli 2012

Cerita Sahabat

Ternyata menikah itu bukan urusan mudah. bayangan tentang sebuah rumah tangga yang bahagia seperti sebuah dongeng. berharap hidup yang dijalani hanya berisi senyum dan kegembiraan. kesulitan apapun yang datang tidak akan menyurutkan cinta dan kasih sayang. itu idealnya,,,tapi yang terjadi seperti berbanding terbalik dengan harapan. menjalani sebuah kehidupan dalam rumah tangga ternyata akan lebih banyak dihiasi air mata, entah apakah hanya aku atau semua perempuan yang sudah menikah merasakan itu. yang pasti pasca menikah berat badanku turun 5 kg dalam waktu 30 hari, luar biasa.
aku tidak mengatakan bahwa pernikahan itu seperti lubang neraka namun perasaan tersakiti hampir setiap hari aku rasakan. indahnya hayalan merajut kasih bersama seorang lelaki yang aku sebut suami seperti menguap perlahan hingga menipis.
Bukan karena aku tidak mencintainya atau berkurang rasa cintaku padanya, aku hanya sedang merasa ragu akan cintanya. Maka banyak pertanyaan yang menari dalam benakku. Apakah perlakuannya terhadap adalah bentuk cinta yang ingin dia tunjukan? ataukah aku dijadikan tempat pelampiasan segala dendam dan amarahnya dimasa lalu yang terlalu lama dia bendung dan saat bersamaku dia merasa sudah waktunya seluruh amarah dan sakit itu diluapkan? atau yang paling parah apakah sebenarnya cintanya kepadaku semu?   cinta yang dia rasakan sepertinya berbeda dengan cinta yang aku rasakan. cinta yang aku beri padanya adalah cinta yang penuh pengorbanan, cinta yang hanya menginginkan dia tersenyum bahkan tertawa setiap waktu, cinta yang senantiasa ingin melihatnya bahagia. tapi kenapa dia selalu membalas semua cinta ku dengan rasa sakit dan kekecewaan. tiada sehari aku lewatkan hariku bersamanya tanpa tangis. tiada sehari dalam hidupku aku lewatkan dengannya tanpa caci maki dan amarah. kata-kata yang keluar dari mulutnya saat sedang kesal sangat tidak memanusiakan aku. ini bukan sebuah cerita untuk menyudutkan seseorang. aku hanya tidak memiliki keberanian untuk mengatakan semua sakit yang aku rasakan. setiap mengatakan semua yang aku rasakan, bukan mendapat jawaban yang menenangkan sebaliknya hanya pengusiran dan umpatan. lebih buruknya setiap membicarakan persoalan rumah tangga seperti sedang membuka pintu pengadialn agama yang akan memvonis putusan perceraian. saat aku mengatakan "aku tertekan dengan semua perlakuanmu padaku" ringan dia menjawab "kalau kamu merasa terbebani dengan aku, silahkan kamu cari penggantiku, gampang kan??" sumpah bukan itu jawaban yang aku tunggu. aku hanya menginginkan dia mengintrospeksi diri dan menganalisa masalah kami. memberikan aku perlindungan dan ketenangan, menghapus setiap tetes air mataku dan meminta maaf atas semua perilaku buruknya terhadapku. 
Aku akui memang dibalik perilakunya yang buruk terhadapku, ada sisi-sisi dari dirinya yang begitu memmesona yang membuat aku selalu memaafkan setiap kekejamannya padaku. ada saat dia terlihat seperti sosok malaikat yang begitu baik dan memanjakan aku. meskipun tidak pernah sebanding dengan dominasi perilaku kasarnya terhadapku. Aku tetap bersyukur memiliki dia sebagai suami yang selalu kucinta. merelakan diriku menjalani kehidupan yang sangat sederhana dengannya. tidak lagi memikirkan berapa banyak materi yang bisa dia berikan untukku. aku hanya ingin dia mencintaiku seperti dia mencintai dirinya, menjaga perasaanku seperti dia ingin orang lain mejaga perasaanya. menjadi obat dalam sakit ku menjadi pelipur dalam laraku. menjadi bintang saat gelapku dan menjadi bagian dalam hidupku. menyempurnakan segala kekuranganku menjadi kekuatan saat lemahku. menjadi imam dalam menjalani kehidupanku, dan menjadi pendampingku dunia dan akhirat.
Seandainya aku punya sedikit nyali untuk menatapnya dan mengatakan semua ini. Seandainya dia mau sejenak saja memakai akal dan hatinya mendengarkan dan merasakan semua yang aku rasakan, mungkin bahagia itu bukan hanya hayalan.Seandainya saja dia bisa jadi pendengar yang baik yang mau mendengar semua keluh kesahku. Seandainya saja dia bisa menempatkan diri pada posisiku, Seandainya dia bisa lebih bijak saat merasakan kekesalan hingga tidak perlu menghardik dan mencaci maki aku disaat pertengkaran kami tidak bisa dihindari. 
Astaghfirullah,,,,terlalu banyak aku berandai-andai. apakah aku Hamba-Mu yang kufur nikmat?
saat masih sendiri aku menangis agar diberikan seorang pendamping. dan saat Engkau kabulkan permintaanku, aku masih tetap bersungut meminta dan meminta tanpa henti. 
Hanya berharap suami ku menjadi ladang ibadah bagiku, sarana ujian bagi kesabaran dan keikhlasanku mengabdi dan menghamba pada-Mu ya Allah. 
Ampuni segala dosa ku dan suami ku, mungkin terlalu lama kami jauh dari-Mu hingga tidak lagi kami rasakan ketenangan bathin dalam hidup. Jangan pernah Kau cabut hidayah itu dari kami, sehingga kami menjadi orang-orang yang berada dalam kerugian teramat besar.

Untukmu Kekasih Hatiku Selamanya Tidak Akan Pernah Tergantikan, bimbinglah aku sebagai isterimu jadikanlah aku isteri yang soleha yang diridhai Allah.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar