Senin, 28 April 2014

Akhir Perjalanan Cinta

Belum genap dua tahun semua mimpi indah itu buyar.
Perjalanan singkat namun sarat air mata mungkin itu yang bisa menggambarkan liku hidupku dalam dua tahun terakhir ini.
Luka demi luka yang dia torehkan memudarkan maaf yang selalu ada saat khilafnya berujung menyakiti hatiku yang terlalu rapuh untuk tetap bertahan.
penghianatan demi penghianatan yang hampir tak pernah berujung benar-benar merobohkan dinding pertahanan yang dengan sekuat tenaga aku bangun demi sebuah janji suci yang bernama PERNIKAHAN.
Petaka ini tidak bisa lagi dihindari. Semua menuju kesatu titik yaitu pasrah. Pasrah jika perahu yang selama ini kami dayung bersama dalam badai harus karam dihempas ombak bertubi-tubi. Pasrah jika waktu berkata lain tentang rancangan indah hidup dalam biduk kecil yang sederhana dengan cita-cita yang besar tentang masa depan.
Hatiku bukan baja. Itu yang aku katakan padanya. bukan soal maaf atau tidak memaafkan. tapi apakah manusia boleh khilaf dengan kesalahan yang sama berkali-kali? itu pertanyaan besar buatku. 
Jika saja dia mau belajar menempatkan dirinya pada posisiku mungkin dia akan memahami bahwa apa yang dia lakukan itu menyebabkan luka yang dalam. Luka yang membuat aku tiba pada keputusan akhir dengan sebuah kata CERAI. 
Benar CERAI itu adalah perkara yang halal tapi dibenci Allah. Tapi apakah masih bisa aku bertahan dengan luka menganga dan selalu berdarah saat luka itu perlahan kuobati dan kutambal? belum lagi kering luka itu telah dia tambahkan lagi luka baru dengan cara yang sama. maka dengan cara apa kumaafkan? aku bahkan belum bisa memikirkan untuk melupakan semua perbuatannya tapi mengapa dia malah menambah lebar luka itu? sengajakah atau kebodohannyakah?
Tapi jika mengingat masa lalunya yang dikhianati orang yang dicintainya, seharusnya dia lebih menghargai kesetiaan yang sudah kuberi. bukan malah membalas semua kesetiaanku dengan penghianatan demi penghianatan yang nyaris tanpa akhir.
Yang paling mengherankan, setiap kali tertangkap basah dia yang marah. Mencoba mengalihkan atau mencoba mengintimidasi aku? Mungkin dia berfikir dengan cara itu aku akan bungkam karena takut dengan kemarahannya seperti masa-masa awal pernikahan kami. Tapi perkiraannya keliru. aku yang meradang sudah kehilangan rasa takut. dengan kekuatan yang tersisa aku lawan penindasannya atas hatiku. aku lawan perlakuannya yang semena-mena atas jiwaku. 
aku bahkan mulai kehilangan jatidiriku atas peristiwa demi peristiwa yang menimpaku sepanjang hampir dua tahun ini. aku jadi pendendam dan mudah sakit hati. hilang sudah peribadi yang pemaaf dan mudah melupakan kesalahan orang lain.
Terbayang kembali peristiwa dulu. Peristiwa sejak awal pernikahan kami. Bukan, bukan awal pernikahan bahkan jauh sebelum pernikahan kami. Dia sudah menjadi penghianat. tapi hatiku yang percaya dengan naifnya memberikan maaf tanpa syarat atas penghianatnnya dengan sahabatku sendiri. sahabat yang bahkan kuanggap seperti saudaraku. Tapi saat ini aku adalah manusia yang tidak tau caranya mmenyimpan amarah apalagi dendam. 
Tapi itu tidak cukup membuatnya jera. terulang lagi penghianatannya seminggu setelah kami menikah. Amarahku meledak seperti bom waktu yang lama disimpan. tetapi lagi-lagi atas nama cinta dan pernikahan aku maafkan dia tanpa syarat. jauh diluar nalarku sebagai manusia lemah sifat penghianat itu sudah menjadi darah dan daging untuknya. sehingga peristiwa demi peristiwa penghianatannya terjadi dan terus saja terjadi bahkan lebih parah lagi bukan hanya iseng malah sampai pada perzinahan yang dia lakukan dengan perempuan yang dikenal dipinggir jalan. Entah nafsunya yang bejat ataukah setan syahwatnya yang memang sudah mendarah daging dalam dirinya. 
Tapi setiap kali mengingat kejadian itu benar-benar membuatku jijik. Amarahku bahkan meledak dan ingin kutumpahkan dengan mencaci dia dengan semua kalimat yang menghinakan. Tapi muluku hanya bisa bungkam dengan tatapan mata penuh dendam dan amarah.Tidak terbayang dia tanpa rasa malu menunjukan setiap inchi auratnya kepada perempuan yang bukan muhrimnya. Tidak terbayangkan dia dengan kedua tangannya menyentuh setiap inchi tubuh perempuan itu dengan syahwat yang menyala-nyala tanpa merasa bersalah. Tanpa penyesalan bahkan setelah semua kedoknya Allah buka dengan seterang-terangnya. Bahkan yang lebih aneh dia masih membela diri dengan melimpahkan semua kesalahan itu padaku. seolah-olah dia berzinah itu karena aku yang mendorongnya untuk melakukan itu. Apa bisa dijadikan alasan zina menjadi sebuah kebolehan jika isteri tidak lagi memberi kenyamanan?seharusnya dia jatuhkan saja talak kepadaku jika aku sudah tidak bisa lagi menjadi isteri yang bisa membuatnya merasa menjadi suami yang beruntung. Bukan mengikatku erat sementara tangan dan kemaluannya dibebaskan kesana kemari. 
Tapi lagi-lagi aku bertahan dan memaafkan. tapi kali ini demi malaikat kecilku. Iya demi anak kami. Bedanya kali ini dengan syarat.
Waktu berlalu, meski hubungan kami menjadi rumit untuk diartikan. Dan semuanya seperti api dalam sekam. kapan saja bisa meledak dan melukai. Sebagai isteri aku bahkan tidak sanggup melaksanakan kewajibanku untuk melayaninya terutama kebutuhan bathinnya sebagai suami. perasaan sakit dan jijik terhadap perzinahan yang sudah dilakukan masih terbayang dikepala. Setiap kali dia menyentuhku maka video itu seperti diputar kembali dan tebayang tangannya sedang menyentuh tubuh wanita itu. Dan setiap kali dia menyentuhku, hatiku meradang. Tapi demi mengingat janjinya untuk berubah aku masih di sampingnya bertahan dalam luka yang tak kunjung mengering. 
setelah beberapa waktu menjalani kehidupan yang terlihat mulai normal mulai juga terlihat perubahan positif yang dia tunjukan padaku. Dan hatikupun mulai luluh. Mulai berusaha melupakan kejadian memilukan itu dan mulai belajar mencintainya kembali. Dia mulai menghapus kontak perempuan-perempuan yang tidak jelas dari Handphonenya. Keseriusan itu memberikan kelegaan dalam hatiku. Sedikit demi sedikit percayaku mulai tumbuh meski belum seratus prosen. 
Tapi bukan suamiku namanya kalau tidak berhenti menebar api dan duri dalam hidupku. setidaknya itulah yang bisa aku simpulkan dari berbagai kejadian selama ini. 
Entah apa yang menggerakan hatiku untuk kembali membongkar isi handphonenya setelah sekian lama aku tidak pernah lagi melakukan itu. Ada bisikan yang membuatku akhirnya melihat isi BBMnya dengan salah satu rekan kerjanya. Awalnya tidak ada yang aneh dengan percakapan mereka. Tapi entah rasa penasaran sebesar apa dalam diriku yang mendorongku untuk terus membaca setiap percakapannya dengan rekan kerjanya itu. Dan sampailah pada satu bagian percakapan yang berisi link. Dan link itu sangat tidak asing bagiku. Selanjutnya bisa ditebak, link itu aku buka. Dan isinya, TaDaaa. menohok uluhati sampai nyaris ambruk aku menatapnya tanpa bergeming. Itu adalah link dimana foto mesranya dengan mantan pacarnya disimpan. dan hari ini dengan bangganya link itu disebar kepada rekan kerjanya yang sudah jelas mengenalku sebagai isterinya. Terhina, malu, sakit, marah semua jadi satu. dan yang paling menyakitkan saat kuajukan pertanyaan tentang itu dia dengan entengnya menjawab "hanya nyobain jaringan internetnya" rasanya pengen melempar Hp yang kupegang itu kemukanya untuk menunjukan betapa aku bukan orang sebodoh itu yang bisa dikibuli hanya dengan satu kalimat pendek "ngetes jaringan internet". 
Seketika lukaku menganga kembali dan kali ini lebih lebar dari yang sudah-sudah. Harga diriku sebgai seorang isteri serasa dikoyak dan dilempar ke tong sampah. kemarahanku kali ini sudah diambang batas. tidak bisa lagi aku memberikan maaf meski dia memintanya dengan janji manis. 
Sudah waktunya aku memutuskan untuk bahagia. meski harus sendiri dan menjadi orang tua tunggal untuk lelaki kecilku. lebih baik rukun sendiri daripada ribut berdua dan melukai diri sendiri dengan terus menerus menerima semua kekhilafannya. kali ini aku tidak setuju dengan mario teguh.
Dan inilah aku disimpamg jalan untuk menerima kembali dia atau memulai perjalanan ini sendiri dan mencoba hidup dengan luka yang masih tersisa. 
Akhirnya aku memilih untuk memulai perjalananku sendiri. Sakit mungkin akan aku rasakan. tapi tidak mungkin seumur hidup. Di ujung lorong gelap pasti ada akhir yang bermandi cahaya terang dari matahari atau bulan. bahkan jika gelap sekalipun pasti ada lilin yang bisa memberi cahaya meski remang. 
Dan ini pula kahir perjalanan cintaku. sekuat apapun aku coba bertahan, luluh lantaklah akhirnya. Perpisahan tak selalu buruk. perpisahan seringkali bisa jadi awal pertemuan dengan hidup yang lebih baik. dan aku cukup punya keyakinan untuk itu sekarang. 
Ketetapan hati ini kudapat saat sujudku diantara tenggelamnya matahari dan terbitnya bulan. 
Allah, jaga aku dan lelaki kecilku senantiasa dijalan-Mu meski onak itu menyandungku dan terjatuh. 

Aamiin


1 komentar:

  1. Sabar... Bgini jalani saja krna dosa suami bukan dosa istri dosa istri ditanggung suami.. dia mo berzina itu dosanya.. dosa zina hukum syariat islam yg sudah bersuami ataupun beristri hukumnya dilempari batu sampai mati atau dirajam... Baru bisa terhapus dosa zina.. diakherat tdk masuk neraka itupun dia muslim yang murni tdk syirik atau meninggalkan sholat 5 waktu ..

    BalasHapus