Senin, 21 Januari 2013

Prolog

move on
mungkin itu kalimat yang paling tepat untuk diriku sendiri saat ini.
memilih meninggalkan karier yang matang, penghasilan yang lebih dari cukup, dan keluarga besar tercinta demi mengejar cinta.
pengorbanan yang tidak gampang. tapi itulah hidup. selalu ada pilihan dan resiko.
menentang orang tua demi seorang pria yang aku percaya sebagai jodoh yang dipilihkan Tuhan untukku.
terpatri dalam hati, "aku siap menanggung resiko terburuk dalam hidupku demi dia"
tanpa berfikir apa dia juga sanggup menanggung segala resiko terburuk dalam hidupnya demi aku.

berfikir keras!
itu yang saat ini aku lakukan.
berfikir bagaimana masa depanku dan keluargaku kedepan.
hidupku sama sekali stuck! tidak ada titik kemajuan. makin hari makin terpuruk.
hidup selalu kurang, karena ketidaksanggupanku memenuhi keinginnannya.
keinginannya yang jauh diluar kemampuan kami.

apakah aku sanggup melangkah terus dengan kondisi seperti ini?
hidup memang tidak bisa ditebak. kadang lurus dan mulus, kadang berkelok dan beronak.
keyakinan akan perubahan itu perlahan-lahan pupus.
cinta yang kuagungkan perlah surut.
cinta yang tadinya aku pandang bisa menghilangkan gelisah dan membahagiakan
cinta itu justru menggelisahkan dan menebar luka.

Terpuruk!!
sedikit demi sedikit hidupku dirong-rong ambisi yang mungkin justru tidak bisa kuraih
terlalu banyak mimpi yang muluk, terlalu banyak keinginann yang jauh dari jangkauan.
atau aku yang justru tidak bisa mengimbanginya? ataukah aku yang tidak tahu keinginannya.

hari-hari yang kami lalui penuh dengan perselisihan
yang berujung pada tindak kekerasannya terhadapku
tindakan yang bahkan tidak pernah terbayang.
saat tersadar darah segar sudah bercucuran keluar dari bibirku yang robek karena tindakannya
yang lepas kendali.

tapi lagi-lagi demi cinta aku sanggup melupakan luka yang dia semat
dan demi cinta, aku sanggup memaafkan betapapun besar salah yang dia perbuat
keyakinan bahwa tidak mungkin aku akan menghadapi yang lebih buruk dari ini
yang membuatku terus bertahan
aku tidak ingin gagal sekarang.
aku masih ingin berjuang demi cintaku.
entah bagaimana dengannya.

aku tidak minta materi yang berlimpah
aku juga tidak minta nyawanya
aku hanya ingin saling memamahmi
saling manjaga
saling melengkapi
saling mengingatkan
dan saling mencintai dengan seimbang.

apa itu terlalu?
apa itu berlebihan?
apa itu mustahil?

aku rasa tidak.

aku tidak keberatan dituntut menjadi seperti yang dia inginkan tapi bagaimana dengannya?
aku tidak keberatan membuang segala sifat yang dia anggap buruk. tapi bagaimana dengannya? aku siap mendengar keluh kesahnya. tapi bagaiman dengannya?

atau aku yang egois dan selalu mencari-cari kesalahanya?
apa aku yang terlalu membenarkan diriku hingga dia selalu nampak salah di depan mataku
bahkan di depan mata semua orang?
mungkin kami perlu waktu untuk berfikir lebih banyak dan berhenti menyalahkan satu sama lain.

muhasabah!!!!!
itu kata kucni bagi kami.

Jangan hanya menuntut. tapi juga seharusnya kita bisa saling memberi.
bukankah itu akan lebih indah?

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar