Rabu, 29 Oktober 2014

Tentang dia

Entah dari mana harus ku mulai cerita ini. Cerita tentang kasih, tentang sayang, tentang rindu, tentang cinta, tentang persaudaraan, tentang kebersamaan dan tentang kesendirian. Tapi yakinlah yang pasti ini cerita tentang pertemuan dan tentang perpisahan.
Rasa rindu yang tak pernah aku ceritakan pada siapapun bahkan pada dia yang kurindukan.  Dia yang saat kepergiannya bahkan tak mampu membuat air mataku menetes. Dia yang dengan gagahnya memintaku untuk tidak lemah saat aku akan bertemu dengannya untuk pertama kalinya sejak penyakit mematikan itu menyerangnya. 
Jika akhirnya aku memilih menuangkan semua kerinduan yang membuncah didadaku saat ini itu karena tulisan yang dia sematkan disalah satu folder dalam file netbook yang aku gunakan saat ini untuk menumpahkan semuanya. Isi kepalanya yang ditulis dengan sangat sederhana. Meski ada bagian yang diberi “sayap” hingga terkesan sebagai pujangga yang bersahaja.
Entah apa yang menggelitik ku hingga semua folder yang bertuliskan namanya aku buka. Padahal itu adalah tulisan yang dia buat dua tahun lalu. Iya juni 2012. Selama itu aku bahkan tidak menyadari ada “isi kepala” nya yang ditinggalkan di sini.
Lima bulan sudah berlalu sejak kepergiannya. Rindu ini bukan makin berkurang tapi semakin bertambah. Apa mungkin aku terlambat merasakan kehilangan ? kesedihan ini bukan memupus tapi menebal. Apa aku yang terlambat menangisi kepergiannya ?
Atau karena kebersamaanku dengannya terlalu singkat pada saat-saat terakhirnya ? mungkin juga karena aku tidak sempat bercengkrama dengannya tentang apa yang dia rasakan dan apa yang dia inginkan. Penyesalan memang selalu datang terlambat.  Tak ingin berandai-andai toh waktu tak lagi bisa ku putar mundur.
Lima hari yang terasa begitu singkat saat dia masih di sini, terbaring melawan kanker nasofaring yang dideritanya tanpa mengeluh. Entah sudah kebal dengan rasa sakit yang menderanya, ataukah karena sudah saatnya dia pasrah dan berserah. Berserah pada Tuhannya yang memberikan ujian terberat ini baginya dan bagi kami yang mencintainya.  Iya, hanya lima hari. Tanpa tanda, tanpa firasat.
Aku ingat percakapan terakhir dengannya, “kakak, aku sudah gak kuat lagi” sambil menggenggam tangannya erat, aku menjawab, “kamu kuat sayang, kamu masih sanggup. Ingat mimpi kita, ingat cita-cita kita. kamu dan aku akan berjuang sebagai perantau yang akan kembali pulang setelah kita berhasil”
Aku ingat hari itu, kamis sore tanggal 22 Mei 2014. Dia membalas genggamanku dengan sisa tenaga yang ada di celah jari jemarinya yang bergetar. “berjanji padaku kamu akan kuat sayang. Jangan menyerah sekarang, kematian adalah rahasia  Allah. Jangan memberi vonis pada dirimu. Maut tak usah dicari, maut tak usah ditunggu, karena datangnya adalah kepastian bagi mereka yang bernyawa. Besok kita ke rumah sakit. Kakak sudah dapat referensi rumah sakit terbaik di sini”. Dan dia hanya memberi sebuah isyarat dengan anggukan kepalanya yang lemah. Tapi aku sadar, tatapan matanya tidak lagi menyimpan pendar harapan. Berbeda dengan caranya dia berbalas BBM denganku saat kami dipisahkan jarak.  Tapi ku yakinkan diriku, dia adalah kesayangan kami yang selalu optimis dengan apapun yang dia jalani. Pun kali ini aku harus memupuk asa dalam dirinya dan dalam diriku sendiri.

Saat dia harus pergi !!!

Jum’at 23 Mei 2014 lepas subuh.
Hari yang tak akan pernah ku lupakan sepanjang sisa hidupku
“ati,,, yat,,,” suara mama membangunkan ku dari tidur ku yang sangat lelap tanpa gelisah. Tidak seperti biasanya. Aku tak pernah tidup selelap itu sejak mereka tiba di sini. Bukan karena terganggu atau tak nyaman, tapi lebih pada khawatir dengan kondisinya.
“iya mah…” sahutku pelan sambil mengucek mataku yang terasa gatal.
“cepat ke sini yat,,, adek mu,,,,adek mu…” suara mama terdengar sangat panik. Bergegas aku dekati mama yang dalam posisi setengah memeluknya, “kenapa ma, kenapa dia??”  suaraku tak kalah panik.
Cepat kudekati tubuhnya, meraih tangannya “dek, sayang “ sapaku tapi tak dijawabnya. Tanpa berfikir panjang aku minta papah untuk membantu mamah mengganti pakaiannya “pah ganti bajunya, kita bawa dia ke rumah sakit sekarang. Sudah gak bisa ditunda”  sambil melihat mamah yang mulai merintih memanggil-manggil namanya, “an,,,andiiiiii….ini mamah sayang. Yang kuat an, kita di kampung orang. Bertahan sayang.” Sambil membisikan kalimat tauhid ditelinganya.
“mah sudah jangan nangis, sekarang bantu papah ganti pakaiannya. Aku kedepan ambil taksi. Jangan ditunda” aku minta mama untuk bergegas, sementara aku hanya memakai jaket dan jilbab instan seadanya sambil berlari menuju jalan raya. Subuh itu dalam hati ku ada seuntai doa yang aku ucapkan untuk Sang Maha Hidup. “jangan ambil dia Tuhan” entah apa yang aku pikirkan hingga doa itu yang selalu terucap sejak aku melangkahkan kaki keluar dari kontrakan kami yang semi permanen. Jalan yang aku lalui terasa sangat panjang. Rasanya sudah lelah aku berlari di gang sempit ini tapi tidak jua sampai pada tujuanku. Sebelum sempat aku menyetop taksi yang lumayan ramai lalu lalang di jalan raya, aku putuskan untuk berlari kembali ke rumah. Berlari lebih cepat dari sebelumnya. Tetapi tetap saja terasa panjang jalan ini. Rasanya tak pernah sampai aku pada tujuanku.  Namun kali ini doaku berbeda, “Ya Allah jika ini akhirku bersamanya, biarkan aku melihatnya sebelum maut menjemputnya”
Pasrah ku menghilangkan prasangka akan jarak yang kutempuh. Jarak yang sama seperti hari-hari kemarin saat aku susuri gang ini setiap kali aku menuju kantor yang tak jauh dari kontrakan ini.

Dan doaku dikabulkan-Nya. Dia masih bersama kami. Mamah masih terlihat panik dan lemas. Bahkan tak sanggup membantu papah untuk mengganti baju anak lelaki semata wayangnya. Dan aku yang harus turun tangan untuk itu. tak berapa lama kami selesai  mengganti baju dan membungkus badannya dengan jaket yang hangat. “siapa yang akan menggendongnya turun yat?”  suara papah terdengar bingung. Bukan papah tidak sanggup menggendong puteranya, tapi kondisi kontrakan kami yang memang menyulitkan papah untuk melakukan itu. akhirnya aku putuskan aku yang akan menggendongnya. Dalam hati aku berbisik “tak akan serumit ini jika suami ku ada di sini saat ini. Harusnya aku minta dia untuk izin dari tempat kerjanya”
Tapi yang terjadi adalah apa yang memang harus terjadi. Saat papah berusaha menegakan tubuhnya, dia menolak. Entahlah apa itu sebuah penolakan atau dia telah kehabisan kekuatannya. Peristiwa itu terjadi sangat cepat. Aku hanya ingat saat itu mama menangis sambil terus membimbingnya bertauhid. Sejenak ku panggil-panggil namanya, lalu kulihat matanya berkedip sebelum maut mendekapnya. Kepergiannya dengan tenang membuat kami terpana sejenak. Seperti dia masih bersama kami. “dia sudah gak ada” suara papah seperti tertahan menyadarkan aku dan mamah. Mamah meraung tanpa suara tapi aku yakin gocangan yang dia rasakan lebih hebat dari letusan gunung api sekalipun.

Dia kesayangan kami. Satu-satunya lelaki keturunan orang tuaku. Tapi tak pernah merasa menjadi satu-satunya. Dia kesayangan kami yang begitu mencintai kami. Dia anak yang telah begitu banyak memberikan kebanggaan bagi mamah dan papah. Dan kebanggan bagi kami saudari-saudarinya.

Kini setelah lima bulan kepergiannya air mataku menetes tiap aku mengenangnya. Air mata kesedihan karena kehilangan yang selama ini aku tahan sekarang tak lagi terbendung. Aku tidak sedang menyesali takdir. Tapi aku hanya ingin mengingatkan diriku akan dia adik lelaki kesayanganku, kesayangan kami.

Ada yang datang lalu menetap dalam hidup kita
Ada yang datang hanya mampir sebentar dalam hidup kita
Ada juga yang datang hanya sekedar lewat dalam hidup kita

Dia yang datang dan hanya sebentar menjadi bagian terpenting dalam hidup kami. Tapi dalam hati kami, dia akan selamanya hidup. Segala yang dia tinggalkan adalah yang terindah untuk dikenang.

Ya Allah, berikan dia tempat yang baik di sisi-Mu, dekap dia dengan kasih-Mu

Ya Allah, segalanya berasal dari-Mu dan pasti akan kembali pada-Mu. 

Senin, 27 Oktober 2014

Masih Cari Judul

hidup itu pilihan. jika ada yang nyuruh milih. kalo gak ada pilihan terus disebut apa dong ???
hidup itu perjuangan. jika ada yang ingin kamu perjuangkan. kalo gak ada yang mau diperjuangin sama kamu,  apa namanya???
hidup itu keras. kalo terus meleleh gak keras lagi dong :D

apapun itu hanya orang yang menghargai dirinya yang akan terus berjuang untu membenahi kehidupannya. jika tidak maka dia sendiri akan tergilas.

tak perlu punya uang bermilya-milyar. asal punya uang cukup buat makan, minum, pakaian, perumahan, permobilan, permotoran, pergadgetan dan per-per lainnya.

kalo aku sih asal saat perlu pasti ada ;)

sebagian yang lain mengatakan uang itu bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang :(
bahkan mau pipis pun kudu bayar kalau di toilet umum :D

kalau kata teman-teman, materi bukan nomor 1 tapi utamakan yang punya materi saat kamu memilih pasangan hidupmu. karena hidup tak hanya modal cinta dan romantisme. saat lapar melanda kamu gak mungkin ke warung samping kos-kosan terus keluarin jurus rayuan maut sama ibu-ibu penjaga warung yang beratnya hampir 90 kg hanya agar dia mau menggratiskan mie instan dan telur ayam bakal kamu makan siang. meskipun kamu bilang   "mbak.... pengen deh punya badan seksi kayak mbak". yang ada juga kamu dilemparin remah roti yang ada ditangannya. (yakin dia lagi makan roti???)

jadi, hidup itu kompleks. bukan kompleks ABRI atau Polisi loh ya. tapi compicated. bukan status Facebook juga ya,,,,,pokoknya ya gitu deh.

jangan menggampangkan soal hidup, tapi juga jangan dipandang susah. semut saja sekecil cileuh (baca : belek) bisa berjuang untuk hidup. cicak saja yang merayap di dinding bisa hap nyamuk ditangkap untuk bertahan hidup. burung yang terbang di angkasa bisa mengkap ikan yang hidup di laut sekalipun untuk bertahan hidup. apa lagi kamu. iya kamu... masa gak memiliki harapan melebihi semua hewan aku contohin. (iya ya aku juga sih :D)

apapun itu, Allah telah memberikan segala hal yang kita butuhkan.
bersyukur dengan ucapan Alhamdulillah saja tidak cukup. tapi menjadi bagian dari ciptaan-Nya yang bermanfaat bagi semesta itu bukti kesyukuran kita.

Allah maha pengasih maka dia akan memberi apapun yang kita minta.
Allah maha penyayang, namun banyak yang harus dilakukan untuk mendapatkan kasih sayang-Nya.

Udah dulu ya? makin banyak yang ditulis takut jadi gak nyambung dari paragaraf  ke paragraf
nanti kalau sempat aku nulis lagi. temanya suka-suka yang punya blog hehehehehe

Wassalam

Senin, 28 April 2014

Catatan hari ini

sudah lama tak melihat isi blog ini. bukan karena terlalu sibuk tetapi hampir terlupa kalu pernah punya blog :D.
tapi saat isi hati sudah terlalu penuh bahkan nyaris tumpah ruah dan aku tidak punya tempat untuk menumpahkannya, maka teringat kembali kawan lamaku ini.
Dan sekarang semuanya aku tumpahkan di sini. Bukan untuk menyebarkan privasi kepada publik. hanya sekedar bercerita. mungkin di luar sana ada lebih banyak orang yang memiliki ujian lebih berat dari aku.
selain itu sudah cukup lama jari-jari ini tak bermain diantara huruf-huruf diatas keyboard netbook yang sudah tiga tahun ini menemaniku tanpa mengeluh. kangen juga sih menulis. meski tulisannya tak seindah tata bahasa pujangga. setidaknya ini murni kata hati. tanpa tendensi atau mencari rasa iba dari orang yang kebetulan menyempatkan waktunya membaca tulisan dalam blog ini.

salam buat semua sahabat maya yang sempat singgah disini. semoga ukhuwah kita makin terjaga.

Akhir Perjalanan Cinta

Belum genap dua tahun semua mimpi indah itu buyar.
Perjalanan singkat namun sarat air mata mungkin itu yang bisa menggambarkan liku hidupku dalam dua tahun terakhir ini.
Luka demi luka yang dia torehkan memudarkan maaf yang selalu ada saat khilafnya berujung menyakiti hatiku yang terlalu rapuh untuk tetap bertahan.
penghianatan demi penghianatan yang hampir tak pernah berujung benar-benar merobohkan dinding pertahanan yang dengan sekuat tenaga aku bangun demi sebuah janji suci yang bernama PERNIKAHAN.
Petaka ini tidak bisa lagi dihindari. Semua menuju kesatu titik yaitu pasrah. Pasrah jika perahu yang selama ini kami dayung bersama dalam badai harus karam dihempas ombak bertubi-tubi. Pasrah jika waktu berkata lain tentang rancangan indah hidup dalam biduk kecil yang sederhana dengan cita-cita yang besar tentang masa depan.
Hatiku bukan baja. Itu yang aku katakan padanya. bukan soal maaf atau tidak memaafkan. tapi apakah manusia boleh khilaf dengan kesalahan yang sama berkali-kali? itu pertanyaan besar buatku. 
Jika saja dia mau belajar menempatkan dirinya pada posisiku mungkin dia akan memahami bahwa apa yang dia lakukan itu menyebabkan luka yang dalam. Luka yang membuat aku tiba pada keputusan akhir dengan sebuah kata CERAI. 
Benar CERAI itu adalah perkara yang halal tapi dibenci Allah. Tapi apakah masih bisa aku bertahan dengan luka menganga dan selalu berdarah saat luka itu perlahan kuobati dan kutambal? belum lagi kering luka itu telah dia tambahkan lagi luka baru dengan cara yang sama. maka dengan cara apa kumaafkan? aku bahkan belum bisa memikirkan untuk melupakan semua perbuatannya tapi mengapa dia malah menambah lebar luka itu? sengajakah atau kebodohannyakah?
Tapi jika mengingat masa lalunya yang dikhianati orang yang dicintainya, seharusnya dia lebih menghargai kesetiaan yang sudah kuberi. bukan malah membalas semua kesetiaanku dengan penghianatan demi penghianatan yang nyaris tanpa akhir.
Yang paling mengherankan, setiap kali tertangkap basah dia yang marah. Mencoba mengalihkan atau mencoba mengintimidasi aku? Mungkin dia berfikir dengan cara itu aku akan bungkam karena takut dengan kemarahannya seperti masa-masa awal pernikahan kami. Tapi perkiraannya keliru. aku yang meradang sudah kehilangan rasa takut. dengan kekuatan yang tersisa aku lawan penindasannya atas hatiku. aku lawan perlakuannya yang semena-mena atas jiwaku. 
aku bahkan mulai kehilangan jatidiriku atas peristiwa demi peristiwa yang menimpaku sepanjang hampir dua tahun ini. aku jadi pendendam dan mudah sakit hati. hilang sudah peribadi yang pemaaf dan mudah melupakan kesalahan orang lain.
Terbayang kembali peristiwa dulu. Peristiwa sejak awal pernikahan kami. Bukan, bukan awal pernikahan bahkan jauh sebelum pernikahan kami. Dia sudah menjadi penghianat. tapi hatiku yang percaya dengan naifnya memberikan maaf tanpa syarat atas penghianatnnya dengan sahabatku sendiri. sahabat yang bahkan kuanggap seperti saudaraku. Tapi saat ini aku adalah manusia yang tidak tau caranya mmenyimpan amarah apalagi dendam. 
Tapi itu tidak cukup membuatnya jera. terulang lagi penghianatannya seminggu setelah kami menikah. Amarahku meledak seperti bom waktu yang lama disimpan. tetapi lagi-lagi atas nama cinta dan pernikahan aku maafkan dia tanpa syarat. jauh diluar nalarku sebagai manusia lemah sifat penghianat itu sudah menjadi darah dan daging untuknya. sehingga peristiwa demi peristiwa penghianatannya terjadi dan terus saja terjadi bahkan lebih parah lagi bukan hanya iseng malah sampai pada perzinahan yang dia lakukan dengan perempuan yang dikenal dipinggir jalan. Entah nafsunya yang bejat ataukah setan syahwatnya yang memang sudah mendarah daging dalam dirinya. 
Tapi setiap kali mengingat kejadian itu benar-benar membuatku jijik. Amarahku bahkan meledak dan ingin kutumpahkan dengan mencaci dia dengan semua kalimat yang menghinakan. Tapi muluku hanya bisa bungkam dengan tatapan mata penuh dendam dan amarah.Tidak terbayang dia tanpa rasa malu menunjukan setiap inchi auratnya kepada perempuan yang bukan muhrimnya. Tidak terbayangkan dia dengan kedua tangannya menyentuh setiap inchi tubuh perempuan itu dengan syahwat yang menyala-nyala tanpa merasa bersalah. Tanpa penyesalan bahkan setelah semua kedoknya Allah buka dengan seterang-terangnya. Bahkan yang lebih aneh dia masih membela diri dengan melimpahkan semua kesalahan itu padaku. seolah-olah dia berzinah itu karena aku yang mendorongnya untuk melakukan itu. Apa bisa dijadikan alasan zina menjadi sebuah kebolehan jika isteri tidak lagi memberi kenyamanan?seharusnya dia jatuhkan saja talak kepadaku jika aku sudah tidak bisa lagi menjadi isteri yang bisa membuatnya merasa menjadi suami yang beruntung. Bukan mengikatku erat sementara tangan dan kemaluannya dibebaskan kesana kemari. 
Tapi lagi-lagi aku bertahan dan memaafkan. tapi kali ini demi malaikat kecilku. Iya demi anak kami. Bedanya kali ini dengan syarat.
Waktu berlalu, meski hubungan kami menjadi rumit untuk diartikan. Dan semuanya seperti api dalam sekam. kapan saja bisa meledak dan melukai. Sebagai isteri aku bahkan tidak sanggup melaksanakan kewajibanku untuk melayaninya terutama kebutuhan bathinnya sebagai suami. perasaan sakit dan jijik terhadap perzinahan yang sudah dilakukan masih terbayang dikepala. Setiap kali dia menyentuhku maka video itu seperti diputar kembali dan tebayang tangannya sedang menyentuh tubuh wanita itu. Dan setiap kali dia menyentuhku, hatiku meradang. Tapi demi mengingat janjinya untuk berubah aku masih di sampingnya bertahan dalam luka yang tak kunjung mengering. 
setelah beberapa waktu menjalani kehidupan yang terlihat mulai normal mulai juga terlihat perubahan positif yang dia tunjukan padaku. Dan hatikupun mulai luluh. Mulai berusaha melupakan kejadian memilukan itu dan mulai belajar mencintainya kembali. Dia mulai menghapus kontak perempuan-perempuan yang tidak jelas dari Handphonenya. Keseriusan itu memberikan kelegaan dalam hatiku. Sedikit demi sedikit percayaku mulai tumbuh meski belum seratus prosen. 
Tapi bukan suamiku namanya kalau tidak berhenti menebar api dan duri dalam hidupku. setidaknya itulah yang bisa aku simpulkan dari berbagai kejadian selama ini. 
Entah apa yang menggerakan hatiku untuk kembali membongkar isi handphonenya setelah sekian lama aku tidak pernah lagi melakukan itu. Ada bisikan yang membuatku akhirnya melihat isi BBMnya dengan salah satu rekan kerjanya. Awalnya tidak ada yang aneh dengan percakapan mereka. Tapi entah rasa penasaran sebesar apa dalam diriku yang mendorongku untuk terus membaca setiap percakapannya dengan rekan kerjanya itu. Dan sampailah pada satu bagian percakapan yang berisi link. Dan link itu sangat tidak asing bagiku. Selanjutnya bisa ditebak, link itu aku buka. Dan isinya, TaDaaa. menohok uluhati sampai nyaris ambruk aku menatapnya tanpa bergeming. Itu adalah link dimana foto mesranya dengan mantan pacarnya disimpan. dan hari ini dengan bangganya link itu disebar kepada rekan kerjanya yang sudah jelas mengenalku sebagai isterinya. Terhina, malu, sakit, marah semua jadi satu. dan yang paling menyakitkan saat kuajukan pertanyaan tentang itu dia dengan entengnya menjawab "hanya nyobain jaringan internetnya" rasanya pengen melempar Hp yang kupegang itu kemukanya untuk menunjukan betapa aku bukan orang sebodoh itu yang bisa dikibuli hanya dengan satu kalimat pendek "ngetes jaringan internet". 
Seketika lukaku menganga kembali dan kali ini lebih lebar dari yang sudah-sudah. Harga diriku sebgai seorang isteri serasa dikoyak dan dilempar ke tong sampah. kemarahanku kali ini sudah diambang batas. tidak bisa lagi aku memberikan maaf meski dia memintanya dengan janji manis. 
Sudah waktunya aku memutuskan untuk bahagia. meski harus sendiri dan menjadi orang tua tunggal untuk lelaki kecilku. lebih baik rukun sendiri daripada ribut berdua dan melukai diri sendiri dengan terus menerus menerima semua kekhilafannya. kali ini aku tidak setuju dengan mario teguh.
Dan inilah aku disimpamg jalan untuk menerima kembali dia atau memulai perjalanan ini sendiri dan mencoba hidup dengan luka yang masih tersisa. 
Akhirnya aku memilih untuk memulai perjalananku sendiri. Sakit mungkin akan aku rasakan. tapi tidak mungkin seumur hidup. Di ujung lorong gelap pasti ada akhir yang bermandi cahaya terang dari matahari atau bulan. bahkan jika gelap sekalipun pasti ada lilin yang bisa memberi cahaya meski remang. 
Dan ini pula kahir perjalanan cintaku. sekuat apapun aku coba bertahan, luluh lantaklah akhirnya. Perpisahan tak selalu buruk. perpisahan seringkali bisa jadi awal pertemuan dengan hidup yang lebih baik. dan aku cukup punya keyakinan untuk itu sekarang. 
Ketetapan hati ini kudapat saat sujudku diantara tenggelamnya matahari dan terbitnya bulan. 
Allah, jaga aku dan lelaki kecilku senantiasa dijalan-Mu meski onak itu menyandungku dan terjatuh. 

Aamiin


Senin, 21 Januari 2013

Prolog

move on
mungkin itu kalimat yang paling tepat untuk diriku sendiri saat ini.
memilih meninggalkan karier yang matang, penghasilan yang lebih dari cukup, dan keluarga besar tercinta demi mengejar cinta.
pengorbanan yang tidak gampang. tapi itulah hidup. selalu ada pilihan dan resiko.
menentang orang tua demi seorang pria yang aku percaya sebagai jodoh yang dipilihkan Tuhan untukku.
terpatri dalam hati, "aku siap menanggung resiko terburuk dalam hidupku demi dia"
tanpa berfikir apa dia juga sanggup menanggung segala resiko terburuk dalam hidupnya demi aku.

berfikir keras!
itu yang saat ini aku lakukan.
berfikir bagaimana masa depanku dan keluargaku kedepan.
hidupku sama sekali stuck! tidak ada titik kemajuan. makin hari makin terpuruk.
hidup selalu kurang, karena ketidaksanggupanku memenuhi keinginnannya.
keinginannya yang jauh diluar kemampuan kami.

apakah aku sanggup melangkah terus dengan kondisi seperti ini?
hidup memang tidak bisa ditebak. kadang lurus dan mulus, kadang berkelok dan beronak.
keyakinan akan perubahan itu perlahan-lahan pupus.
cinta yang kuagungkan perlah surut.
cinta yang tadinya aku pandang bisa menghilangkan gelisah dan membahagiakan
cinta itu justru menggelisahkan dan menebar luka.

Terpuruk!!
sedikit demi sedikit hidupku dirong-rong ambisi yang mungkin justru tidak bisa kuraih
terlalu banyak mimpi yang muluk, terlalu banyak keinginann yang jauh dari jangkauan.
atau aku yang justru tidak bisa mengimbanginya? ataukah aku yang tidak tahu keinginannya.

hari-hari yang kami lalui penuh dengan perselisihan
yang berujung pada tindak kekerasannya terhadapku
tindakan yang bahkan tidak pernah terbayang.
saat tersadar darah segar sudah bercucuran keluar dari bibirku yang robek karena tindakannya
yang lepas kendali.

tapi lagi-lagi demi cinta aku sanggup melupakan luka yang dia semat
dan demi cinta, aku sanggup memaafkan betapapun besar salah yang dia perbuat
keyakinan bahwa tidak mungkin aku akan menghadapi yang lebih buruk dari ini
yang membuatku terus bertahan
aku tidak ingin gagal sekarang.
aku masih ingin berjuang demi cintaku.
entah bagaimana dengannya.

aku tidak minta materi yang berlimpah
aku juga tidak minta nyawanya
aku hanya ingin saling memamahmi
saling manjaga
saling melengkapi
saling mengingatkan
dan saling mencintai dengan seimbang.

apa itu terlalu?
apa itu berlebihan?
apa itu mustahil?

aku rasa tidak.

aku tidak keberatan dituntut menjadi seperti yang dia inginkan tapi bagaimana dengannya?
aku tidak keberatan membuang segala sifat yang dia anggap buruk. tapi bagaimana dengannya? aku siap mendengar keluh kesahnya. tapi bagaiman dengannya?

atau aku yang egois dan selalu mencari-cari kesalahanya?
apa aku yang terlalu membenarkan diriku hingga dia selalu nampak salah di depan mataku
bahkan di depan mata semua orang?
mungkin kami perlu waktu untuk berfikir lebih banyak dan berhenti menyalahkan satu sama lain.

muhasabah!!!!!
itu kata kucni bagi kami.

Jangan hanya menuntut. tapi juga seharusnya kita bisa saling memberi.
bukankah itu akan lebih indah?

Senin, 07 Januari 2013

Kado Untuk Sahabat


Awalnya saya tidak menduga bahwa itu adalah permintaan terakhirnya pada saya sebelum dia jatuh koma dan dirawat di rumah sakit.
permintaan melalui sebuah pesan singkat. Saya hanya tertawa, karena apa yang dia minta terlalu aneh bagi saya.
"cinta tolong bikin aq tulisan donk. isinya tentang sahabat dunia maya. aq punya sahabat baik yang aq kenal lewat FB. bisa gak cin?"
itu kurang lebih pesan singkat yang dia kirim pada saya. Saya memang sering menulis. Tapi yang saya tulis kalau bukan kisah hidup berarti kisah fiktif.
Lalu sekarang sahabat saya meminta saya menulis tentang para sahabat "maya" yang dia kenal lewat Facebook?
Pesan singkatnya saya balas "Ra, km serius? aq gag kenal dengan masyarakat FB yang km sebut sahabat "maya" mu itu" Bagaimana aq bisa nulis tentang mereka kalau aq sendiri gag pernah kenal sama mereka. dah Ra jgn aneh" minta yang lain aja.
Semenit kemudian HP yang saya pegang berdering,,,begitu saya jawab diujung sana suara Rara terdengar lirih dan lemah.
Saya bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana kondisinya saat itu. Tidak ada Rara yang bawel dan centil. Rara yang saat itu saya dengar suaranya seperti sedang menahan sejuta paku menghujam kulitnya. "cinta" ucapnya lirih. "assalamu'alaikum sayang" jawaban saya seperti tertahan ditenggorokan. Rara seperti tahu apa yang saya rasakan "jangan menangis cinta aq baik kok" terbayang dia mengatakan itu sambil tersenyum. "Iya aku tau kamu baik sayang" suara yang keluar dari mulut saya seperti tercekat. "Buka FB aku ya? ada draft note yang aku simpan untuk dipublish nanti" ingin rasanya aku bersuara memotong ucapannya yang menyayat ulu hati. Tapi dia seakan tahu lalu meminta saya untuk medengarkan dia sampai selesai bicara. "aku punya firasat waktuku gak akan lama lagi. Apa kamu akan menolak permintaan dari orang yang sekarat?. Lakukan permintaanku ya?" dan saya menyetujuinya.
Jika memang ini kado yang dia minta untuk terakhir kalinya, maka akan  saya berikan.
"nanti aku sms-in E-mail dan Passwordnya buat kamu. biar bisa kamu editlah jadi keliatan bagus gitu catatannya. Sudah dulu ya? harus hemat tenaga aku cinta hehe". masih sempat dia tertawa meski sangat pendek tawanya namun masih menyiratkan semangat dari Rara yang saya kenal.
Sejak percakapan singkat ditelepon hari itu, kegelisahan menyelimuti hari-hari yang saya jalani. Bagaimana jika benar waktunya sudah hampir habis? Ya Tuhan jangan ambil dia sekarang. Sebelum saya bisa bertemu dan mengatakan betapa saya sangat mencintainya. Tapi saya sadar kematian adalah jalan menuju keabadian. Dan ketetapan Tuhan itu nyata. Jika waktunya sudah sampai maka tiada yang kuasa untuk mengulur dan mempercepat datangnya kematian. Bukankah setiap yang bernafas akan merasakan yang namanya mati?
Tapi jauh dalam hati saya tetap berkecamuk perasaan seolah tidak rela bila waktu untuk Rara sesingkat ini.

Malam itu saya pulang ke rumah. Malaikat cinta yang saya puja sedang bekerja. Kebetulan dia mendapat sifth malam hari ini. Waktu yang ada benar-benar saya manfaatkan untuk menyelesaikan 'kado' buat sahabat saya.
Dengan gemetar saya buka Facebook berdasarkan nama akun yang telah di kirim lewat sms kepada saya. Dan this is it " akun dengan nama pada profil yang sangat sederhana muncul "Namaku Rara" seperti yang sering dia ucapka setiap kali berkenalan dengan orang asing yang baru kami temui. Kadang cara dia berkenalan itu membuat kami terpingkal. "huuu lebay" itu yang kami katakan saat dia berkata "hai namaku Rara". Nama lengkapnya adalah Zahratussita Aulya. Dia selalu memakai nama Rara padahal dilingkungan rumahnya dia dipanggil uly seperti nama tape. Gadis yang aktif dan tak bisa diam. Gampang tetawa dan menangis karena alasan sepele. Kadang tidak jelas dan sering bikin orang lain jengkel. Lengkaplah.

Sebelum membuka Note untuk melihat draft yang telah dia corat coret, saya sempat penasaran untuk membuka kotak masuk miliknya. Dan ta daaa,,, begitu banyak yang mengirim pesan untuknya. Tapi ternyata tidak semua dia balas. Entah apa alasannya. Lalu mata saya melihat beberapa pesan berbalas yang isinya sangat menarik bahkan bisa dibilang lucu. Meski ada part-part yang bikin saya berurai air mata. Ini sebabnya mengapa dia sangat ingin membuat catatan sebagai kenangannya bersama dengan sahabat "maya".

Setelah cukup lama menyimak isi kotak masuk dalam Facebooknya saya kirimkan pesan singkat buat dia. "aku sudah baca kotak masuk di FB kamu. Apa kamu marah?" kurang lebih satu jam saya menunggu balasan sms darinya sebelum akhirnya pesan singkat itu dibalas "gak apa2 kok. justru aku ingin kamu tahu semua tentang itu. karena tak ada tempat buat saya membagi cerita selain denganmu"
Lega saya membaca pesan singkat sahabat tersayang. Takut menyalahgunakan amanah yang diberi. Tapi rasa penasaran membuncah di dada ini untuk mengulik semuanya.

Lalu saya teringat dengan tujuan awal saya membuka akun ini. Pelan saya arahkan krusor di moitor Laptop saya ke pilihan Note. Ada beberapa catatan sahabat "maya" di sana. Tapi Rara sama sekali belum memiliki catatan yang di published. Saya sisihkan waktu sejenak untuk membaca beberapa catatan dari teman yang kebetulan muncul. Lalu saya mulai membuka draft catatan yang berisi guratan hati dari sahabat tersayang yang selalu mamanggilku "Cinta".
Membacanya secara perlahan, karena saya ingin menyelami apa yang dirasakan sahabat saya itu saat menuliskannya. Ada rasa sakit dalam hati saya, terluka dan merana. Lalu sejurus kemudian senyum tersunggingg dibibir saya merasakan bahagia yang mengharu biru. Benar-benar campur aduk. Padahal bahasa yang dia gunakan sangat sederhana dan tidak mengawang. Sangat mudah dimengerti karena semuanya ditulis secara lugas tanpa sindiran.

Sampai pada sebuah kalimat yang sangat saya kenal,,
kalimat yang sering saya ucapkan kepadanya yang saya kutip dari sebuah film India
hanya saja sudah tentu saya modifikasi biar terdengar lebih dalam dan lebih dramatis

"Jika suatu ketika kau berada dalam kesedihan, kesulitan dan kegalauan, ingat! Allah akan selalu berada dekat denganmu dan tak akan pernah membiarkan mu sendirian melalui hari-hari tersulit dalam hidupmu
ingat aku sahabatmu yang akan selalu ada meski tak pernah kau undang, dan tak akan berlalu meski kau usir.
Letakan tangan kananmu di atasaa dada kirimu. Rasakan detakan jantungmu berdebar lembut mengiringi nafas yang kau hirup dan kau hembus tanpa menghitungnya. Pejamkan matamu dan tersenyumlah dengan senyuman terbaik yang kau miliki. Bisikan pada dirimu sambil menarik nafas dalam-dalam dan hembuskan perlahan say "Rara Al Iz Well" lalu buka matamu perlahan dan ucapkan Bismillah Allah selalu menyertaiku. Maka semua akan baik-baik saja"

Ternyata setelah sekian lama kamu tidak pernah melupakannya. Bahkan saya hampir melupakan metode yang saya buat sendiri. Tapi kamu sahabat tersayang telah mengingatkan kembali saya untuk bersyukur pada semua yang saya raih hari ini. Betapa Allah begitu mencintai saya hingga memberikan semua yang saya butuhkan  bukan karena saya menginginkannya.

Sahabat tersayang, pesanmu telah saya penuhi. Kado terindahmu telah terbungkus rapi, hingga saatnya diberikan pada orang yang telah kau pilih untuk menerimanya.

Rabu, 26 Desember 2012

Isyarat Cinta


Saat menatap matamu serasa disengat jutaan volt aliran listrik
Mengejutkan dan menghentak
Ada isyarat tanpa kata lewat tatapan itu
Biar aq artikan sendiri maknanya
Jikapun salah,  aq sanggup menanggung segala resiko atas sakitnya kesalahan q memaknainya
Jangan Tanya apa atau mengapa, biar aq nikmati rasa ini, sendiri.

Minggu, 09 Desember 2012

Munajat Cinta


Jika kata maaf tak cukup memudarkan benci,,,
apa mungkin harus dengan air mata ?
jika air mata pun tak cukup menghapus benci,,,
apa mungkin harus dengan kematian ?

aku tak cukup punya banyak kata manis untuk merayu
atau seribu puisi untuk menyentuh hatimu
namun seuntai kata maaf dan sebait do'a ikhlas, yg aku tulis demi menyejukan setiap hati yang telah kulukai,,,,

Maafkan aku yang telah menorehkan luka dalam hatimu
Allah jaga dia yang selama ini telah menjagaku,,,,
Allah cintai dia yang selalu mencintaiku,,,,
Allah temukan dia dengan seorang yang mencintainya melebihi cintanya padaku,,,
Allah beri dia bahagia melebihi bahagia yang telah diberikannya padaku,,,
Allah hapus air matanya, seperti dia menghapus air mataku,,,

Allah Yang Maha Perkasa, beri dia kekuatan untuk selalu mencinta-Mu dan melabuhkan cintanya pada seorang wanita yang mencintai-Mu dan mencintainya.....

Allah Aku Mencintai-Mu,,,pun dia,,,,

Rabu, 05 Desember 2012

Untukmu Yang Mencintaiku

saatnya aku melepasmu,,,
melepas semua mimpi yang ku rajut dengan benang pengharapan
mungkin bagimu aku pendusta, kamulah yang menilainya
mungkin bagimu semua yang kita jalani hanya kebohongan berbalut kata cinta, kamulah yang menilainya

jika sepasang insan mulai saling menyakiti dengan dalih cinta,
maka saat itu semua harus diakhiri
karena cinta sejati tidak menyakiti
karena cinta sejati tidak mengumbar sejuta janji
karena cinta sejati tidak menggelisahkan

cinta sejati hanya memberi bahagia
cinta sejati hanya memberi satu pembuktian
cinta sejati hanya memberi ketenangan

jika sepasang kekasih mulai saling menyakiti dengan dalih cinta,
maka saat itu semua harus diakhiri

pergiku bukan karena ingin lari
pergiku bukan ingkar akan janji
pergiku bukan untuk menghindari

maka ingat saat aku masih disampingmu
apa aku adalah cinta sejatimu?
jika telah kamu temukan jawabannya, simpan saja dalam hati,
bisikan pada hembusan angin yang akan mengantarkan kabar itu untuk ku

aku akan menantikan dia datang membawa kabar cintamu tentang aku
meski saat aku tak lagi memiliki wujud,,,
pada semesta raya aku bercerita,,,
suaku denganmu bukan tanpa makna,,,
suaku denganmu bukan tanpa sebab,
suatu hari sebab itu akan tersibak, biar waktu yang menjawabnya... 

Sabtu, 01 Desember 2012

Pertemuan

bukan sengaja kita bertemu
hanya menjalani takdir dari-Nya
bukankah setiap pertemuan akan beriringan dengan perpisahan???

ada orang yang datang k dlm hidup kita kemudian menetap selama hidupnya,,,
ada org yg datang dlm hidup kita hanya sebentar kemudian pergi 
dan ada org yang hanya sekedar singgah untuk kita kenang karena dy diharuskan pergi,,,,,
karena itu adalah bentuk dari sebuah hubungan,,,mau dimodifikasi seperti apapun pertemuan akan selalu bersahabat dengan perpisahan......

dan mungkin ak adalah org yang takdirnya hanya singgah dalam hidupmu,,, tak kusesali krn pertemuan kita adalah hal terindah bagiku dalam sisa umur yang bahkan tak mungkin ku tebak,,,,